Siapa sih yang nggak kenal Dragon Ball? Dari anime dan manga legendaris karya Akira Toriyama, Dragon Ball udah berkembang jadi franchise dengan banyak game keren di berbagai konsol. Salah satunya adalah Dragon Ball GT: Final Bout, yang rilis di PlayStation 1 di tahun 1997. Game ini jadi salah satu game bertema Dragon Ball pertama di PS1, tapi bukan cuma ceritanya aja yang bikin orang ingat. Bagi banyak gamer, Dragon Ball GT Final Bout malah terkenal sebagai “game perusak stik” yang bikin tangan pegal, stik ngadat, dan kadang malah bikin emosi meledak! Yuk, kita bahas apa sih yang bikin game ini punya reputasi legendaris sebagai game perusak stik di era PlayStation 1.
Gameplay Sederhana Tapi Bikin Tangan Pegal
Sekilas, Dragon Ball GT: Final Bout kelihatannya punya gameplay yang sederhana banget buat ukuran game fighting. Kamu cukup pilih karakter, lalu bertarung 1 lawan 1 sampai bar nyawa lawan habis. Tapi di sinilah kejutannya: buat melakukan jurus-jurus keren seperti Kamehameha atau Final Flash, pemain harus menekan kombinasi tombol secara cepat dan intens, sering kali membuat pemain harus menekan tombol berulang-ulang tanpa henti!
Banyak yang bilang bahwa tombol spam yang dilakukan di game ini bikin analog dan button pad di stik PlayStation jadi cepat rusak. Apalagi kalau lagi momen duel beam clash, yaitu momen ketika kamu dan lawan sama-sama mengeluarkan jurus energi, dan kamu harus nge-spam tombol supaya nggak kalah! Tangan rasanya bisa pegal cuma buat menang duel jurus ini, tapi anehnya, di situlah tantangannya.
Grafis yang Menawan di Masanya
Salah satu alasan kenapa Dragon Ball GT: Final Bout banyak menarik perhatian di awal rilisnya adalah kualitas grafisnya yang lumayan canggih untuk ukuran game tahun 90-an. Saat itu, animasi 3D di PlayStation 1 masih termasuk baru dan membuat tampilan para karakter terasa lebih hidup. Mulai dari bentuk rambut khas Super Saiyan sampai gerakan jurus, semuanya terlihat keren dan langsung mengingatkan kita pada animenya. Meskipun sekarang grafisnya mungkin terlihat sangat kaku, tapi saat itu game ini benar-benar memukau banyak fans.
Apalagi, banyak karakter favorit seperti Goku, Vegeta, Trunks, sampai Cell dan Frieza yang bisa kamu mainkan. Bahkan ada versi Super Saiyan 4 Goku yang hanya bisa kamu pilih setelah menyelesaikan game, yang bikin kamu merasa tambah keren dan nostalgia dengan alur cerita GT!
Mode dan Karakter yang Bikin Ketagihan
Salah satu faktor yang bikin orang betah main Dragon Ball GT: Final Bout adalah pilihan mode permainannya. Ada Story Mode, Versus Mode, dan Tournament Mode yang bikin pengalaman main makin variatif. Di Story Mode, kamu bisa melawan karakter-karakter ikonik Dragon Ball dengan berbagai tingkat kesulitan, yang di beberapa level, kamu perlu usaha ekstra keras buat ngalahin lawan. Di Tournament Mode, kamu bisa memilih beberapa karakter dan bertarung dengan komputer atau teman. Ini seru banget buat adu skill dan momen saling ejek karena siapa yang menang pasti bakal bangga, sedangkan yang kalah harus rela dipermalukan!
Satu lagi yang bikin game ini dikenal sebagai “game perusak stik” adalah sistem kontrolnya yang lebih cocok buat mereka yang punya kecepatan tangan super. Jurus-jurus kuat kayak Spirit Bomb atau Big Bang Attack nggak bisa kamu keluarkan dengan mudah. Perlu waktu dan banyak latihan buat bisa lancar mengeluarkan kombinasi tombol-tombolnya, dan sering kali kamu harus rela jari-jari kesleo demi melakukan jurus pamungkas yang akhirnya bakal bikin lawan kalah.
Momen Beam Clash yang Berkesan (dan Menyiksa)
Salah satu fitur paling ikonik dan bikin frustasi di Dragon Ball GT: Final Bout adalah momen beam clash, di mana kamu dan lawan sama-sama meluncurkan energi besar. Di sini, yang menentukan siapa yang menang adalah kecepatan tombol. Kamu harus menekan tombol dengan cepat sampai bar energinya penuh, dan yang berhasil nge-spam lebih cepat bakal menang. Inilah momen di mana stik PlayStation mulai menjerit, karena tombol sering kali ditekan dengan brutal tanpa henti.
Tombol mash di momen beam clash inilah yang bikin game ini dikenal sebagai “perusak stik.” Banyak pemain yang mengaku stik PS mereka rusak lebih cepat setelah main Final Bout. Tombol yang tadinya empuk mendadak jadi keras, atau malah nggak responsif lagi. Tapi di balik semua itu, beam clash ini juga jadi momen yang bikin pertandingan makin seru. Rasanya kepuasan tersendiri waktu berhasil menang di beam clash dan ngebuat lawan kalah telak!
Kontrol yang Rumit
Walaupun kontrolnya bisa dibilang rumit, apalagi untuk pemula, di sinilah tantangannya. Setelah kamu terbiasa dengan pola kontrol dan cara memegang stik yang tepat, akhirnya bisa lancar mengeluarkan jurus-jurus andalan. Justru kerumitannya ini yang membuat game terasa lebih hidup. Kamu perlu belajar jurus dan mempraktikkan kombinasinya di setiap kesempatan.
Kontrol yang rumit bikin banyak pemain jadi terobsesi buat berlatih terus-menerus. Bukan cuma buat menang lawan komputer, tapi juga buat menaklukkan teman di Versus Mode. Banyak dari kita yang rela ngabisin waktu berjam-jam cuma buat mastiin kalau jurus yang kita keluarkan bakal tepat sasaran. Ini adalah hal yang bikin Dragon Ball GT: Final Bout jadi sangat memorable, meskipun bikin tangan dan stik pegal.
Seringnya Bug dan Glitch yang Mengganggu
Meskipun gameplay-nya seru, Dragon Ball GT: Final Bout juga punya beberapa bug yang sering mengganggu, misalnya karakter yang tiba-tiba freeze atau gerakan yang nggak sesuai dengan tombol yang kita tekan. Kadang, animasi jurus yang seharusnya keren malah jadi aneh gara-gara glitch, dan ini bisa bikin frustrasi pemain.
Bug dan glitch ini kadang bikin permainan terasa nggak adil, terutama kalau terjadi di momen kritis. Tapi anehnya, banyak juga yang akhirnya terbiasa sama bug ini dan menganggapnya sebagai bagian dari tantangan. Buat yang udah terbiasa main, malah kadang bug ini jadi hal yang lucu dan bikin nostalgia karena pernah ngerasain frustasinya.
Popularitas dan Nostalgia yang Nggak Lekang Waktu
Meskipun sekarang udah banyak game Dragon Ball yang lebih modern, seperti Dragon Ball FighterZ dan Dragon Ball Xenoverse, Dragon Ball GT: Final Bout tetap punya tempat khusus di hati para penggemar. Game ini sering jadi bahan nostalgia di kalangan gamer yang pernah merasakan serunya ngadu jari demi mengeluarkan jurus-jurus legendaris. Bahkan, banyak yang masih rela mainin game ini di emulator atau ngumpulin konsol lama demi bisa merasakan lagi sensasi “perusak stik” yang bikin kangen.
Worth It atau Nggak?
Kalau kamu penggemar Dragon Ball dan belum pernah main Dragon Ball GT: Final Bout, game ini tetap worth it banget buat dicoba. Memang kontrolnya sulit dan sering bikin jari pegal, tapi justru di situlah letak keseruannya. Bukan cuma game biasa, tapi juga pengalaman yang mungkin bakal bikin kamu inget masa-masa seru main PS1.
Dan buat kamu yang udah pernah ngerasain, pasti bisa setuju bahwa game ini punya keunikan tersendiri. Meski gameplay-nya sederhana dan kadang bikin frustrasi, tapi Dragon Ball GT: Final Bout tetap jadi salah satu game ikonik yang nggak bakal dilupain gamer era 90-an. Kalau kamu siap mengorbankan stik dan jari demi pengalaman yang penuh nostalgia, game ini bisa banget masuk list “must play” buat game klasik PS1!
Tolong untuk tidak meninggalkan link sampah didalam komentar, berkomentarlah dengan bijak dan relevan dengan isi artikel diatas.